Jumat, 01 April 2011

Test Drive Ford Mustang GT Premium A/T 2010: The Camaro



 Berbeda dengan Camaro SS, disini Mustang GT masih menyisakan rasa 'klasiknya'

JAKARTA - Jujur, muscle car bukan pilihan pertama saya. Menurut saya, ada unsur berlebihan dari sebuah muscle car, bodi kekar, mesin berkonfigurasi V serta kapasitasnya yang besar. Dengan begitu, tak perlu berdiskusi panjang lebar soal efisiensi bahan bakar.

Memang awalnya muscle car diciptakan sebagai salah sarana untuk merepresentasikan kekuatan dan ‘arogansi’ Amerika. Tapi tentunya, seiring dengan perkembangan jaman, mesin-mesin V8 pun kini dibekali dengan teknologi yang bisa membuat konsumsi bahan bakarnya menjadi (sedikit) lebih efisien.

Siapa tak kenal Ford Mustang GT 2010? Legendanya seakan terus merasuki para muscle car enthusiast. Walaupun Mustang GT terbaru ini (masih) menggunakan banyak desain dari generasi sebelumnya, tapi setiap panel dan detail interiornya adalah benar-benar baru.

Pembenahan pun diterapkan pada cold air intake yang turut mendukung power output yang lebih besar. Program ECU terbarunya mampu meningkatkan putaran mesin hingga angka 6.500. Dirinya pun sudah menggunakan komponen suspensi yang bisa membuatnya lebih tajam saat melahap tikungan.

 Bisa dikatakan, desain interiornya bisa mengkombinasikan antara unsur modern dan klasik secara bersamaan.

Duduk di jok pengemudinya, (saya rasa) mirip-mirip seperti saat saya mengemudikan si Bumblebee, Camaro SS. Kesan bodi bongsor cukup terasa. Walau begitu, visibilitas pengemudi masih tak terganggu.

Ini yang saya suka dari muscle car modern, desain dasbor serta lay out tombol kontrol dan fungsi semuanya dibuat sederhana. Tombol-tombolnya mudah dibaca, dimengerti dan dioperasikan. Untungnya, kesan sederhana terbantu oleh penggunaan material pelapis yang cukup mewah dan berkualitas.

Tapi, semua muscle car diciptakan untuk menghapus dahaga para penggemar mesin-mesin ber-cc besar. Jadi jangan berharap lebih dari desain interiornya.

 Saya pikir, sebuah Muscle Car harus punya tenaga (minimal) sebesar 450 HP. Tenaga Mustang GT Premium V8 4.800 cc ini hanya 315 HP. Tapi itu lebih dari cukup untuk penggunaan dalam kota.

Memang ada sedikit kendala soal mengemudikannya di jalanan. Bukan soal dimensi bodinya, tapi lebih kepada pengguna jalan lain yang memperhatikan saya. Membawanya berjalan-jalan bagaikan seorang atlet yang berjalan di atas catwalk.

Gagah, anggun namun juga bisa berlari kencang. Ada sensasi tersendiri saat mendengar suara raungan khas mesin V8 saat mesinnya mendekati angka 6.500 RPM. Tapi Mustang GT yang saya pakai ini menggunakan transmisi otomatis. Mungkin ada keasyikkan tersendiri jika saya menggunakan varian bertransmisi manual. Tapi untuk kondisi dalam kota seperti Jakarta, saya tetap memilih transmisi otomatis.   (mobil.otomotifnet.com)

Thanks To:
Blinkz Blinkz Motors
Jl. Boulevard Barat Raya Blok XC No. C2-3
Kelapa Gading, Jakarta Utara - 14240
Tlp. (021) 45853111
Fax. (021) 45879494

DATA
Importir Umum:    Blinkz Blinkz Motors

Model:           Ford Mustang GT Premium

Harga:            Call For Price

Mesin:
Tipe:            V8 DOHC Ti-VCT Naturally Aspirated
Kapasitas (cc):        4.600
Fuel System:        Sequential Multi-port Electronic Fuel Injection
Jumlah katup:        32
Tenaga (HP):        315/6.500
Torsi (Nm):        511/4.250

Dimensi (mm)   
PxLxT:             4.780/1.417/1.877
Wheelbase:        2.720 
 
Jarak pijak
Depan:            1.582
Belakang:        1.597   
Transmisi:
Tipe:            6-speed A/T RWD
   
Kemudi
Tipe:            Rack & Pinion

Suspensi
Depan    MacPherson Struts with Reverse L Lower Control Arms, Stabilizer Bar
Belakang     Constant-Rate Coil Springs, 3-Link Design with Panhard Rod and Stabilzer Bar
  
Rem
Depan:    Ventilated-disc
Belakang:    Solid-disc

Fitur tambahan:    ABS, EBD, BA, Traction Control

Test Drive Honda CR-Z EX CVT 2010, Mobil Sport Ramah Lingkungan



Jakarta - Honda CR-Z (Compact Renaissance Zero), adalah sebuah sport compact car hybrid yang meneruskan generasi Honda CR-X yang ada pada periode ‘80 hingga awal ‘90an.

Namun sisi pembaharu sebagai sport car bernuansa ‘green’, seakan jadi sebuah jawaban positif atas keraguan memperoleh unsur kecepatan dan efisiensi dalam waktu bersamaan.

Tentunya, jadi penasaran kan bagaimana rasanya memacu mobil sport tapi bermesin ganda bensin dan listrik ini? Nih ulasannya!


Desain

Tampangnya secara tegas tidak bisa dipisahkan dari kesan futuristik dan sporty. Mulai dari wajah depan sampai lekuk dan garis yang secara harmonis kebelakang, menjadikan mobil hybrid Honda ini terlihat agresif.

Masuk kedalam kabin, kita akan dipertemukan dengan desain dasbor berbentuk bulatan besar dengan takometer analog yang melingkari spidometer digital, membuatnya terlihat futuristis.

Penempatan itu juga membuat sisi ergonomikanya mengemuka. Tombol pengaturan A/C di susun secara cermat pada sisi sebelah kiri spidometer dan tombol fungsi bertabur di sekeliling setir. Seperti kabin pesawat tempur!


Fitur dan Teknologi

Honda membekali CR-Z dengan tiga mode jenis pengendaraan, disediakan sebagai opsi buat driver. Masing-masing Eco, Normal dan Sport dengan memilih salah satu tombol yang ada di bagian kanan dasbor.

Selain itu, demi menunjang nuansa yang sporty, tersedia pula paddle-shift untuk melakukan pergantian gigi layaknya transmisi manual.

Honda CR-Z juga sudah mengusung fitur yang miripn dengan i-stop. Jadi, saat mobil berhenti ketika menginjak rem, maka mesin bensin otomatis mati. Lalu, ketika rem diangkat, mesin kembali lagi menyala. Fitur ini dikalim bisa menghemat BBM sampai 20 persen.


Performa

CR-Z mengusung mesin 1.497 cc i-VTEC inline-4 SOHC bertenaga 122 HP. Angkanya ini terbilang besar untuk kelas mesin 1.5 liter. Paduannya dengan motor listrik DC Brushless Motor tipe permanent magnet AC synchronous, bertenaga 13 HP di 1.500 RPM dan torsi 58 Nm di 1.000 RPM.

Paketnya dinamakan Sistem Integrated Motor Assist (IMA) yang disebut juga sebagai hybrid paralel. Maksudnya motor listrik dipasang antara mesin dan transmisi serta difungsikan sebagai motor starter, pengimbang mesin serta membantu traksi motor.

Terdapatnya tiga mode pengendaraan tadi, membuat karakter performa dari CR-Z berbeda-beda. Eco, cenderung menahan performa. Sedalam apapun menekan akselerator, tenaga yang tersalur ke roda menjalar halus. Sementara hal sebaliknya terjadi pada mode Sport yang royal performa.


Handling dan Kenyamanan

Saat saya duduk di jok pengemudinya, ibarat masuk ke dalam kokpit pesawat tempur, dengan segala tuas atau lokasi penempatan knob-knob yang dekat.

Ketika dipacu, CR-Z punya karakter khas Honda. Presisi dengan bantingan suspensi sedikit kaku. Setirnya kecil, sehingga feel sporty-nya terasa.

Bentuk kaca belakang yang landai dan besar, cukup membantu mendapatkan pencahayaan sempurna di kabin. Namun sayang, tujuan pemasangan mika pintu belakang, masih belum mampu mengurangi blind spot. Untung saja ia dilengkapi dengan sensor parkir informatif taktala parkir mudur.


Harga dan Pesaing

Honda Prospect Motor sebagai pemegang merek mobil Honda di tanah air memang belum memasarkan Honda CR-Z. Tapi kalau membelinya di Importir Umum, banderolnya dipatok pada harga Rp 680 Juta.

Begitu juga dengan pesaingnya, di Indonesia hanya ada Toyota Prius yang sama-sama mengusung teknologi mesin ganda bensin dan listrik.

(mobil.otomotifnet.com)

Honda C-70 1977, Klasik Elegan



Honda
C70 ini oleh pemiliknya ingin dijadikan karya sempurna. Konsep yang diusung adalah mengembalikan komponen standar tapi dengan sedikit sentuhan berbeda.

Untuk mewujudkan itu semua, tentunya butuh sedikit perjuangan dan juga sedikit kesabaran ekstra. "Karena harus mengumpulan part bodi original. Trus setelah semuanya komplet, barulah dicari ide untuk membuatnya kembali tampil elegan, tidak hanya sebatas komplet seperti asli dulu," kata KRAT Toto Tri Mulyarto S.Ip, si empunya bebek legendaris ini.

Dalam frame Mas Kanjeng, sapaan akrabnya, elegan dimaksud tadi cukup dengan memainkan warna yang dirasa sudah pas. "Pilihan saya adalah merah dan gold, kelir emas seperti itu kan akan membuat terlihat mahal dan mewah," tambahnya.

Beberapa komponen di bebek yang juga disebut pispot ini pertama yang dilakukan adalah krom. "Khususnya di komponen yang logam, dikrom seperti biasanya," tambah pria 35 tahun ini.

Setelah semuanya mengilap akibat lapisan verneckel tadi, barulah kemudian diberi efek gold. Trik ini sebenarnya gampang tapi mungkin masih banyak yang belum paham. Padahal tidak terlalu bikin repot juga. "Kita hanya menggunakan cat jenis candy saja," kata Mas Kanjeng lagi.

Tapi, ada juga komponen yang dikrom namun dibiarkan tidak kena sentuhan cat. Akhirnya efek emas mengilap tadi karena cat candy tone yang sudah menyatu dengan material yang sebelumnya sudah dikrom. "Simple dan murah," tambahnya sambil menyebutkan bahwa cat yang digunakan adalah merek DuPont.

Sebagai warga Solo dan masih berdarah biru, beliau juga menjunjung tinggi seni budaya lokal. Hal itu bisa dilihat dengan pengerjaan airbrush di beberapa bagian bodi. Tidak perlu menyeluruh karena itu malah akan menghilangkan kesan bodi standar yang sudah dengan susah payah diwujudkannya tadi.

Enggak mau aneh-aneh, karyawan di instansi pemerintahan setempat ini lebih suka memilih motif batik. "Motifnya juga khas Solo, jadi semakin menegaskan bahwa motor ini memang bisa menjadi kebanggan tersendiri buat masyarakat Solo," tambahnya dengan logat Jowo kental. (motorplus-online.com)

Honda GL- Pro, Hantu Laut Style



Nama bengkel Hantu Laut (HL) lebih dulu terkenal di komunitas drag VW. Tapi, saat ini bengkel di bawah  koordinasi Donny Batax ini juga sedang intens dengan roda dua. Fokusnya dengan tampilan chopper dan cafe racer.  Hebatnya, bengkel ini berani mengklaim punya style dan ciri khusus yang pasti bisa ditemui di semua karya modifnya.

"Kami ingin ketika hasilnya sudah di jalanan, orang langsung tahu kalau itu keluaran HL, bukan dari bengkel A atau bengkel B," pasti Donny bersemangat.

Omong-omong apa sih cirinya itu, Bro?  "Ciri yang pertama, rangka utama yang di bawah tangki dibikin naik atau lebih tinggi dari standar," tegas Donny yang juga bilang kalau ketinggian sudah disesuaikan dengan postur si pemilik dan juga dimensi utuh motor.

Akibat ubahan seperti ini, jarak antara rangka dan bagian atas mesin jadi lebih lebar dari semula. "Enggak masalah sebab memang ruang kosong seperti itu cocok buat gaya chopper seperti ini," lanjut pemilik bengkel di Jl. H. Nawi, Gg. H. Jeni, No. 78, Jakarta Selatan ini.

Sedangkan ciri berikutnya adalah adanya bentuk segitiga kosong di bawah jok. "Saya sebutnya rangka cangcut karena segitiga mirip celana dalam," kekeh pria berpostur tegap ini.

Donny kukuh mempertahankan seperti ini karena mempunyai filosofi yang kuat. "Saya enggak mau menutupi hal yang jelek seandainya ada, karena itu biarkan saja rangka terbuka dan bisa dilihat semua orang. Enggak ada yang ditutupi cover bodi," cuapnya panjang lebar.

Dengan begini Donny yakin bisa tetap bertahan. "Jika enggak suka dengan ciri seperti ini monggo cari bengkel lain," tegas pria berprinsip ini.

MELAYU CHOPPER

Selain ingin mengenalkan ciri dalam bentuk dan desain modifikasinya, Donny juga punya misi untuk ikut mengembangkan motif Indonesia. "Tapi, karena selama ini motif nasional itu identik dengan motif Jawa. Untuk itu saya ingin membuat sesuatu yang berbeda," lanjutnya.

Ini kali dia airbrush GL-Pro ini dengan hijau gold. "Warna ini mencirikan kampung halaman saya, Riau," lanjut pria asal Pekanbaru, Riau ini. Kelir ini memang acap juga dipakai dalam kain tenun atau songket dari ranah Melayu.

Selain itu di bagian tengah tangki juga dibuatkan semacam garis yang menggunakan motif batik. "Motif seperti itu jika didesain dengan pas juga cocok buat motor dengan aliran modifikasi sangar seperti ini," tambah pria bertubuh gelap.

Ide dari budaya lokal? Kenapa tidak, Bro! (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
 Pelek depan: Variasi Thunder
Ban depan: Swallow 2,75x18
Pelek belakang: Custom 4x16 inci
Ban belakang: Pirelli 140/80-16
Sok belakang: Honda Grand
Sok depan: Honda Tiger
Tangki & setang: Custom

Juara Region Sumatera Pakai Motor Pahe



Yamaha Vega-ZR yang digeber M. Irvansyah Putra tak tertandingi di kelas Bebek 4-tak 125 cc standar (MP5). Bahkan rival terdekatnya tertinggal jauh baik di race 1 dan 2. Tepatnya di seri I kejurnas MotoPrix (MP), Region 1 di sirkuit Padang Panjang, Mana, Bengkulu, (6/3) lalu.

Bisa dibilang kemenangan ini sangat langka. Sebab Irvan andalkan motor pahe atau murah di kelas bebek Yamaha. Apalagi diketahui tunggangan ini menggunakan kopling sistem diafragma atau bukan model pegas. Sehingga perlu adanya perubahan bila ingin responsif.

Begitu ditelusuri, terbukti ketangguhan mesin Vega-ZR main di sirkuit berkarakter rolling speed kuncinya terletak pada ubahan kem. Lantaran di kelas ini tidak terlalu banyak ubahan kecuali pembesaran kapasitas silinder.

“Derajat durasinya silakan hitung sendiri. Hasil pengukuran menggunakan busur dan dial gauge, klep in buka 29° sebelum TMA dan menutup 63° setelah TMB,”
ujar Edi Saputra alias Bogel, mekanik Team Yamaha Alfascorpii, Medan.

Untuk klep ex, buka 59° sebelum TMB dan menutup 31° setelah TMA. “Setingan ini pas dengan karakter sirkuit Mana,” jelas Bogel.

Ubahan kem yang berdurasi lebih lama, diakui Bogel, itu karena posisi seting klep in dan out turun 1 mm tanpa geser derajatnya. Namun agar kepala piston tidak ditendang payung klep, coakan di kepala piston dipapas hingga 1,5 mm.

“Buat sirkuit Padang Panjang, dengan spek mesin seperti itu setelan spuyer dipasang agak basah di bawah. Yaitu pilot- jet 65 dan main jet 108,” imbuh Bogel yang pernah training dua bulan pada om Gandhoel di Jogja.

Biar tidak cepat panas, mesin berkapasitas 122,9 cc setelah caplok piston aftermarket 52 mm dengan stroke 57,9 mm, perbandingan kompresi menurut pria kelahiran 1978 ini dibikin sekitar 13,6 : 1. Sehingga power mesin tidak gampang ngedrop waktu digeber masuk tikungan patah.

GANTI KOPLING MX

Seperti dibahas di awal, Vega-ZR aslinya menggunakan kopling diagfragma. Banyak mekanik meragukan untuk bertarung di ajang balap resmi.

“Awalnya seperti itu. Banyak tuner malas duluan bila dapat kerjaan modifikasi mesin Vega-ZR. Tapi, setelah lihat spesifikasi mesin, optimis bisa bikin perubahan. Terutama koplingnya,” imbuh pria berambut ikal ini.

Tanpa pikir panjang, Bogel yang dapat dukungan dari dealar Yamaha Medan dan YMKI melalui Ari Wibisono selaku menager motorsport pun cari akal. “Dipilih rumah kampas kopling Jupiter MX 135LC. Dimensinya paling pas dipakai. Apalagi tetap digandeng pakai gir sekunder asli Vega-ZR. Namun begitu, tuas persneling dan stut pengungkit di bak kopling wajib dimodifikasi. Sehingga kampas kopling bisa bebas dan mentransfer daya,” ujar Bogel.

DATA MODIFIKASI
 Ban: Corsa 90/80-17
Knalpot : Edi
Sok belakang: Daytona
Footstep: Aftermarket

Yamaha Mio 232 cc Juara FFA



Yamaha Mio geberan Bram Prastya dari Cargloss AHRS Yamaha Mekar, juara 1 kelas FFA di Indonesian Matic Race (IMR) malam minggu lalu di depan Gedung Sate, Bandung. Padahal modalnya cuma 232 cc tapi menang telak, di race 1 dan 2 selalu paling depan.

Hasil kerja tim AHRS ini mengandalkan piston 65 mm. Katanya aslinya untuk bore up Honda CBR150 yang standarnya hanya 63,5 mm. “Tapi, bentuknya lebih jenong dari seher CBR standar,” jelas Chepy Sugiarto, mekanik AHRS yang khusus bin spesial tangani matik.

Oleh mekanik dan crew tim AHRS lain macam Maulan Fajar alias Mola juga kasih masukan. Agar menggunakan pen stroke AHRS khusus Mio untuk menaikkan kapasitas silinder.

Dipilih pen stroke yang 6 mm. Otomatis panjang langkah seher bertambah 12 mm. Dari asalnya yang hanya 57,9 jadi 69,9 mm. Kalau dihitung dengan rumus volume silinder jadinya 231,8 cc. Digenapkan jadinya 232 cc.

Tinggal merancang ulang head alias kepala silinder. Untuk suplai gas bakar, dipilih menggunakan klep yang lebih lebar namun tetap enteng.

“Klep in dipatok 33 mm dan buang 28 mm. Karena untuk road race. Kalau buat drag dibikin 34/30,” jelas Chepy didampingi Iwa, manajer AHRS.

Untuk kompresi juga diatur ulang. Dibuat 12,2 : 1. Dipadukan dengan menggunakan Mikuni TMR28 dengan pilot dan main-jet 40/140.

Andalan lain, menggunakan knalpot AHRS terbaru tipe VGA. Dari stainless steel. Motor yang juga dikerjakan bersama Suri, mekanik khusus matik AHRS ini aplikasi koil YZ dan CDI Jupiter Jepang. Magnetnya standar.

Serius Di Matic

Tumben, Asep Hendro juragan AHRS nongol di Matic Race. Katanya, tahun ini serius di balap matik. Karena AHRS sudah punya part racing khusus matik yang juga dijual untuk umum.

“Makanya tahun ini turun di semua seri,” jelas Asep yang tidak mau telat start jualan komponen matik.

Sebagai pembuktiannya, Bram Prastya yang juara FFA menggunakan blok silinder AHRS. Juga termasuk komponen lain menggunakan merek AHRS. Seperti roller, per CVT dan rasio.

Hasilnya ketika dilakukan dynotest, sanggup menghasilkan power 24 dk dan torsi 45 Nm. Padahal puli masih menggunakan yang standar. Hanya alur roller yang diperpanjang supaya lebih naik. Puli macam ini rencananya akan diproduksi juga oleh AHRS. Cocok untuk trek panjang atau pendek.

DATA MODIFIKASI
 Setang seher : AHRS
Kabel kaliper : AHRS
Rocker arm : Mio
Pelek : Nouvo

Honda Scoopy 2010, Scoopy = Lebah



Honda Scoopy itu memang skubek yang asyik. Khususnya untuk dimodif. Dibuat balap oke, tampil fashion juga menarik. Enggak percaya? Silakan tanya langsung pada Jaedun Mukhtar dari JJ Airbrush.

Ini kali dia membuat si skubek retro layaknya lebah. Lho kok lebah? "Karena memang secara bodi bentuk cover bodi Scoopy ini mirip dengan lebah," kata Jeje menjelaskan.

Bagian yang dia maksud adalah bodi belakang yang membulat. Bagi pria bertubuh kurus ini bagian tadi ibarat pantat lebah yang siap menyengat.

"Itu sesuai permintaan si pemilik motor yang ingin dibuat motif yang punya tema, kebetulan lebah yang dirasa paling pas," tambahnya. Pemilik motor ini seorang pria yang sudah berumur 46 tahun. Namanya Hartono, warga Prapanca, Jakarta Selatan.

Sebagai pria yang sudah paruh baya, pastinya ubahan minimalis yang diinginkannya. "Karena itu masih mengandalkan bodi standar, kalau ubah bodi segala pasti jadi ribet. Takutnya enggak pas dengan orang seumuran beliau," cuap pria yang mangkal di Jl. Kayu Manis Barat No. 41, Jakarta Timur ini.

Sebagai seorang seniman airbrush, Jeje paham bahwa selain harus rapi dalam pengerjaan juga harus memperhatikan detail yang kuat. Untuk urusan satu ini dia paham banget. Lihat saja, enggak hanya membuat lebahnya saja, tapi juga sampai ke sarang.

"Untuk sarangnya dibuat di cover CVT, sebab jika di cover bodi jadi malah merusak. Kalau begini lebih sip," tambah ayah 2 anak ini. Tidak ketinggalan pelek pun dicat sama supaya terlihat menyatu dengan bodi keseluruhan. Benar-benar konsep yang matang. (motorplus-online.com) 

PELEK LEBAR

Rasanya sangat minimalis kalau hanya semata main airbrush bodi. Karena itu Jeje juga ingin melakukan sedikit modifikasi yang tidak mengganggu kenyamanan handling. Caranya dengan menggunakan pelek lebar tanpa harus memundurkan sumbu roda belakang.

"Saya pilih pelek variasi lebar 3 inci di depan dan 5 inci di belakang," ujar pria asal Banyumas.

Ukuran ini adalah batas aman maksimal buat ruang roda di Scoopy. "Tapi, memang harus sedikit menggeser engine mounting ke kiri sekitar 2 cm," terang Jeje. Langkah itu supaya antara ban depan dan belakang lurus. Jika tidak digeser akan terlihat aneh. Selain itu beberapa variasi sebagai pemanis juga dilekatkan. Alhasil si lebah pun terlihat lucu dan genit.

Sama dengan pemiliknya?

DATA MODIFIKASI
 Ban depan: Swallow 100/70-14
Ban belakang: Swallow 150/60-14
Pelek: Rotora
Grip: Brembo
Cat: Spies hecker
JJ: 0813-1456-0001

Yamaha Jupiter-Z 2010, Turun Spek Tapi Juara MP5



Di seri 2 MotoPrix region 2, Minggu lalu yang pentas di Parkir PRJ Kemayoran, Jakarta Pusat, mewajibkan penggunaan Pertamax Plus. Berlaku untuk kelas MP5 dan MP6 pemula.

Ini yang membuat mekanik harus menurukan spek motor korekan mereka. Seperti yang dilakukan Sri Hartanto alias Gandoel pada Yamaha Jupiter-Z pacuan Rheza Danica dari Yamaha Rextor GRM.

Namun meski turun spek, hasilnya mengejutkan. Jupiter-Z yang dipacu Rheza juara 1 kelas bebek 125 cc standar pemula alias MP5.

Yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar, sudah tentu rasio kompresi. Harus turun tajam. Pertamax Plus punya oktan 95 maksimal rasio kompresi berada di bawah 12,8 : 1.

Namun Gandhoel lebih suka memilih cara aman. “Kira-kira rasio kompresi hanya dipatok 12,6 : 1,” jelas Gandhoel yang berarti punya makna bergantung. He..he... bener kan mas?

Cara mengukur rasio kompresi versi Gandhoel cukup dari volume ruang bakar. Tekniknya menggunakan buret. Sedangkan kapasitas silinder hanya dari hitungan rumus semata.

Seperti biasa, rasio kompresi didapat dari volume ruang bakar ditambah volume silinder. Baru kemudian hasilnya dibagi volume ruang bakar.

Penyesuaian lain yang dilakukan pria beken di balap ini yaitu timing pengapian. Dibuat lebih dekat TMA. Istilahnya dibikin lebih retard.

Timing pengapian ada hubungan dengan penggunaan bahan bakar. Makin tinggi angka oktanya, akan semakin tahan kompresi. Butuh penyalaan yang lebih awal atau lebih lama.

Asalnya menggunakan bensol dengan angka oktan berada di rentang 105-110. Butuh waktu penyalaan lebih awal atau lebih lama sebelum TMA (Titik Mati Atas) alias top. “Waktu penyalaan api busi dibuat 37 sebelum TMA,” jelas pria yang mengaku punya nama panjang sekali itu.

Namun begitu menggunakan Pertamax Plus yang punya angka oktan lebih rendah, timing pengapian juga ikut dibikin lebih mundur. “Atau waktu penyalaan dibuat jadi lebih singkat. Dekat dengan TMA,” teori Gandhoel.

Akhirnya oleh Gandhoel, seting pengapian dibuat mundur 2 derajat. Timing tertinggi mulai 9.500 rpm dipatok 35°. Makin ke atas dibuat lebih rendah lagi.

Namun konsekuensi penurunan spek, bagaimana pun akan mengurangi performa motor. “Powernya lebih gede menggunakan bensol,” jelas Rheza yang punya bapak bernama Dendit Wibowo itu.

Makanya pada lap-lap awal, hanya berada di posisi ke dua. Namun karena kompresi rendah dan ditunjang gaya balap Rheza mampu menikung lebih sempit, akhirnya bisa juara 1.

Selamat!


Karbu standar direamer sampai habis
Spuyer Naik

Regulasi lama, boleh mereamer karburator standar. Asalkan tidak diganti, silakan direamer sampai abis, tapi gak boleh bolong.

Gandhoel mereamer abis karburator. Sampai skep juga menggunakan buatan dewek alias custom. “Ukurannya lupa, pokoknya lubang skep dikikis sampai tipis sekali,” jujur bapak yang hidupnya bergantung pada sponsor.

Untuk spuyernya juga harus diganti sesuai bahan bakar Pertamax Plus. Asalnya menggunakan bensol main-jet 100, kini dibikin 102. Bagitu pun pilot jet ikut naik 1 step dari sebelumnya.

DATA MODIFIKASI
 Ban : Corsa
Pelek : Takasago 1,60-17
Kampas kopling : FR
Knalpot : Custom
CDI : Rextor

Honda Blade 2011, Melenggang Pakai Racikan Aman



Honda Blade tunggangan Gerry ‘Laurent’ Salim, melenggang di  kelas MP6 pada Top 1 KYT Corsa MotoPrix 2011, Region 2 seri II. Kondisi hujan deras dan di beberapa tikungan sudah tergenang air, Blade dari tim Honda MPM Zuma (HMPMZ), Surabaya, Jawa Timur ini, naik podium tertinggi.

Agus Supriyono, tunner HPMPZ,  meracik Blade bermain aman. Beberapa komponen diubah dengan hati-hati. Kompresi dan lubang venturi karburator enggak bisa melebihi ukuran yang sudah ditentukan. 

Perbandingan kompresi juga sudah dipatok. Kompresi didongkrak sampai 12,8 : 1. “Agak susah meracik kompresi lebih dari 12,8:1. Risikonya besar. Mesin jadi enggak tahan,” ungkap Agus yang punya bengkel CPX Racing dari Jl. Raya Wonosari, Jogja.

Kompresi Blade standar 9 : 1. Artinya, perbandingan kompresi Blade di tangan Agus naik 3,8 dari yang standar. “Ini pun penyesuaian karena regulasi bahan bakarnya mesti pakai Pertamax Plus. Jadi 13 : 1 dengan Pertamax akan ngelitik. Kalau kelamaan, mesin bakal jadi panas.” jelas Agus yang berbadan kekar.

Bebek pesaing Blade sendiri untuk MP6 dengan Pertamax bisa mencapai 13 : 1. Artinya, kompresi yang lebih tinggi dari 12,8:1 bisa menghasilkan tenaga yang besar.

Sepertinya, perbandingan kompresi yang kelewat tinggi enggak menyulitkan buat pembalap. Terutama, seri II dan Region 2 MotoPrix ini kali di sirkuit basah, bahkan ada genangan air. Tenaga yang rata dan lembut mudah dikendalikan rider.

Diameter venturi juga sudah didesain ulang. Agus sepertinya enggak mau melebihi dari regulasi. Diameter standar lubang masuk bahan bakar 17 mm. Agus mengubahnya jadi 20 mm.

“Aturannya memang segitu. Diameternya dibikin lebih besar lagi dari 20 mm bisa retak. Cuma pas discrut yang diperiksa petugas cuma dilihat sudah dilem atau belum venturinya. Bukan diukur diameternya,” cocor Agus.

Meski ada batasan yang bikin tunner MP6 untuk Blade kudu teliti, tapi ada keuntungannya. Durasi klep in-ex Blade bisa diatur ulang tanpa harus perlu takut katup in-out bertabrakan.

“Enggak perlu ubah sitting klep. Berbeda dengan merek lain yang mesti geser dudukan botol klep. Itu kan jadi tambah biaya,” ujar Agus yang berambut cepak.

Durasi valve in-out Blade MP6 dirancang Agus jadi membuka 35 derajat sebelum TMA dan menutup 62 derajat setelah TMB untuk klep isap. Sedangkan klep out dibikin membuka 60 derajat sebelum TMB dan 37 derajat setelah TMA.

“Kompresi yang dibikin aman, angkatan klep bisa tinggi jadi 9,5 mm,” ujar Agus yang berkulit sawo matang.

SOK CUSTOM

Perang sokbreker belakang silakan saja terjadi. Beberapa produk impor sekelas Ohlins, YSS dan KTC. Termasuk juga Showa yang aslinya merek Jepang, tapi diproduksi di Indonesia. Berbeda dengan Triple-S yang dibikin di Jogja.

“Perbedaannya sih sedikit dengan merek yang sudah terkenal. Perakitnya bisa langsung seting sesuai kebutuhan,” yakin Agus Supriyono.

Sokbreker Triple-S dibuat Goy, salah satu pemain sokbreker custom yang kondang juga di offroader roda empat. Sekarang punya merek sendiri. (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
 Ban depan : Corsa 90/80-17
Ban belakang : Corsa 90/80-17
Pelek depan : TDR U-shape 1,40 x 17
Pelek belakang : TDR U-shape 1,40 x 17
Agus Supriyono : 0818-0413-0768

Yamaha Nouvo Thailand VS Vietnam

Modifikasi Yamaha Nouvo 2006 (Jakarta)


Rajin bolak-balik ke Thailand untuk urusan bisnis, membuat Utomo Tjioe punya banyak ide dalam memodifikasi tunggangan sehari-hari. "Banyak yang dilihat, jadi banyak ide," bukanya merendah.

Modifikasi yang akhirnya dipilih adalah menggabungkan antara Bangkok style dan Vietnam. "Secara garis besar ini bisa disebut bergaya Thailand," katanya. Ciri-cirinya seperti yang sudah umum diterapkan bisa dilihat di sini.

Pelek wajib hukumnya ring 17 inci, dipadu lagi dengan ban tanpa kembangan alias slick. "Selain itu sektor kaki-kaki harus mengilap," lanjut pria berkacamata ini. Oh ya, jok berlubang juga menjadi salah satu ciri utama.

Lihat saja misalnya teromol, cover kipas sampai standar. Semua harus dikrom supaya mendapatkan efek tadi. "Selain krom biasa, sekarang juga lagi tren produk yang warna rainbow," tegas pemilik toko variasi Tomo Speed Shop ini.

Rainbow yang dimaksud mengilap dengan efek warna-warni seperti pelangi. Untuk Nouvo ini bisa dilihat pada cover knalpot. "Jadi, walau masih pakai knalpot standar tetap terlihat mewah meskipun hanya cover saja yang diganti," cerita pemuda 26 tahun ini.
Sedangkan pengaruh Vietnam bisa dilihat pada pemilihan lampu depan dari Nouvo Vietnam. "Di Thailand sendiri enggak ada yang pakai lampu ini, cuma di Indonesia yang pakai," tambahnya. Jadi niatnya untuk menciptakan virus baru yang memadukan style dari kedua negara tadi berhasil diwujudkan.

Semuanya jadi tambah sip setelah Tomo memilih mengecat seluruh bodi dengan konsep grafis. "Dengan naik motor seperti ini bisa juga sekalian jadi promosi toko. Kan motor pemiliknya oke," bangga pria mangkal di Jl. Bendungan Jago, No. 6/7, Kemayoran, Jakarta Pusat ini.  

Lampu Belakang CBR
Biar tidak berkesan hanya menggunakan produk bolt-on, Tomo juga sedikit putar otak untuk melakukan modifikasi. Akhirnya sepakat melakukan rombakan pada lampu belakang. "Saya naksir dengan bentuk lampu Honda CBR 150, makanya nekat untuk aplikasi," kata Tomo.

Tentu saja jika ingin memasangnya di Nouvo harus melakukan sedikit ubahan pada bodi buritan. "Caranya dengan membuat bodi baru di belakang, tapi bentuknya masih mengikuti model standar Nouvo. Hanya saja dibuat baru supaya bisa dipasang lampu ini," tambah pria yang rajin bikin motor untuk drag bike ini.

DATA MODIFIKASI
 Ban: Swallow 50/90-17
Pelek: Ride It
Sok belakang: Trusty
Sok depan: Gaz’i
Jok: Custom
Head lamp: Nouvo Vietnam
Stop lamp: CBR 150
Handle rem: Posh
Tomo: 0817-9900-655

Virus Modifikasi Retro Di Grasstrack, Jangan Terkecoh Tampilan

Selasa, 29 Maret 2011 16:57 WIB
Modifikasi Honda CB 1977



Mengejar gaya retro tidak terbatas pada tampilan motor semata. Namun tetap harus diaplikasi sesuai peruntukkan motor pada zamannya. Ini dilakukan tim balap Marunda Surya Perkasa, Tiga motor balap andalannya sudah dimodifikasi gaya motor trail jadul.

Memang kalau diamati tampilan motor grastrack asal  Tanjung Priok, Jakarta Utara ini seperti yang dipakai era almarhum legenda motorcross Tanah Air Popo Hartopo. Mengandalkan tangki dan kedua sepatbor yang didesain serba bulat.

"Tim balap kami ingin tampil beda lewat gaya motornya yang memang klasik. Lagian juga, kalau pake bodi motor baru terlalu maksa jadinya," ujar Yudi Aryanto asal Tangerang, Banten yang jadi manajer tim Marunda Surya Perkasa.

Ada tiga motor yang jadi andalan. Dua motor dari Honda CB keluaran 1977 yang turun di kelas FFA. Sedangkan untuk kelas bebek campuran mengandalkan Yamaha F1Z-R. "Ketiga motor ini juga dipakai oleh pembalap yang asal Tangerang, Hadiyanto dan Idrus," lanjut Yudi lagi.

Untuk bodi seperti tangki mengandalkan model custom yang didesain seperti Honda XL. "Saya bikin ulang pakai pelat baru biar enggak gampang bocor," terang Yudi yang tidak pernah absen ikut event grastrack di seputaran Jawa Barat dan Banten.

Paling pas pemilihan sepatbor model bulat. Ini hasil dari berburu ke berbagai daerah. "Sepatbor yang dipakai asalnya dari Yamaha DT100 dan Suzuki A100. Lumayan repot mencarinya dan sampai ke pelosok desa," ujar sang manajer yang sejak ikut balap April 2010 lalu sudah memboyong lebih dari 25 piala.

Agar mampu bersaing dengan lawan, dapur pacu tetntunya perlu diupgrade total. Kedua mesin Honda CB sudah dijejali jeroan Honda Tiger dan Mega Pro. "Kalau pakai mesin asli, ngos-ngosan ngejar lawan yang rata-rata sudah pakai motor baru."Enggak cuma mesin, rangka juga sudah dibenahi. Seperti besutan Hadiyanto, rangka juga ikut dicustom seperti sasis tengah Honda XL. Sedang F1Z-R besutan

Indris sudah berubah macam motor sport. (motorplus-online.com)

SUSPENSI MUMPUNI

Meski tampilan motor bergaya retro untuk bersaing di trek tanah, pemakaian suspensi mumpuni tetap jadi kunci utama. Hebatnya rata-rata motor ini sudah diganti suspensi spesial buat kompetisi.

Seperti Honda CB besutan Hadiyanto yang turun dikelas FFA, supensi depan sudah diganti copotan dari Kawasaki KX 85 model upside down. Sedang CB besutan Idrus mengandalkan limbah sok model teleskopik. "Handlingya boleh diadu dengan motor baru," kompak mereka berdua.

Sok belakang juga senada. Mengandalkan Kayaba yang memang khusus buat garuk tanah. "Lumayan langka, butuh kesabaran buat berburunya," cerita Yudi.

DATA MODIFIKASI
Ban depan : Swallow 70/100-19
Ban belakang : Pirelli 90/100-16
Knalpot : Custom
Pelek : Excel
Setang : KTC